-->

Take the time to know what real love is! Because time is the only one who capable of understanding how great Love is...

Minggu, 15 Mei 2011

JENIS-JENIS SISTEM KOLOID

ABSTRAK
Oleh:
Ni Wayan Saras Sasmita (30)
Ni Luh Gede Ratnadila (26)
Ade Purnamasari (01)
Ni Luh Santi Indrayani (29)

Jenis-jenis Sistem Koloid dan Aplikasinya dalam Dunia Industri
Dunia industri di era globalisasi berkembang pesat. Salah satu faktor pendukung perkembangan dunia industri adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan juga merupakan perkembangan dunia industri.
Dalam dunia industri sering dijumpai bahan yang tidak stabil. Untuk mengatasi hal itu, pengetahuan mengenai sistem koloid sangat diperlukan. Dengan sifat-sifat yang dimiliki sistem koloid, maka akan dapat diciptakan produk industri yang stabil. Lalu, bagaimanakan penerapan sistem koloid dalam dunia industri? Untuk itu, dibuat tulisan ini sehingga kita dapat menganalisis berbagai jenis sistem koloid dan menerapkannya dalam dunia industri. Agar pembahasan tidak melebar, maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu hanya terbatas pada sistem koloid yang diaplikasikan dalam dunia industri.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan industri memproduksi produknya dalam bentuk system koloid, seperti susu, jelly, detergen, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang sistem koloid sangat diperlukan, utamanya bagi siswa untuk menunjang perkembangan dunia industri, karena sebagian besar lapangan kerja merupakan perindustrian.

ABSTRACT
By:
Ni Wayan Saras Sasmita (30)
Ni Luh Gede Ratnadila (26)
Ade Purnamasari (01)
Ni Luh Santi Indrayani (29)

Types od Colloidal System and Their Aplications In the Industrial World
The industrial world in the globalization era expanded rapildy. One of the factors contributing to the development of industry is science. Therefore, the development of science is also an industrial development.
Dalam dunia industri sering dijumpai bahan yang tidak stabil. Untuk mengatasi hal itu, pengetahuan mengenai sistem koloid sangat diperlukan. Dengan sifat-sifat yang dimiliki sistem koloid, maka akan dapat diciptakan produk industri yang stabil. Lalu, bagaimanakan penerapan system koloid dalam dunia industri? Untuk itu, dibuat tulisan ini sehingga kita dapat menganalisis berbagai jenis sistem koloid dan menerapkannya dalam dunia industri. Agar pembahasan tidak melebar, maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu hanya terbatas pada sIstem koloid yang diaplikasikan dalam dunia industri.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan industri memproduksi produknya dalam bentuk sistem koloid, seperti susu, jelly, detergen, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang sistem koloid sangat diperlukan, utamanya bagi siswa untuk menunjang perkembangan dunia industri, karena sebagian besar lapangan kerja merupakan perindustrian.



KATA PENGANTAR

”Om Swastyastu”
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu Paper yang berjudul ”Jenis-jenis Sistem Koloid dan Aplikasinya dalam Dunia Industri” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun/konstruktif dari pembaca, sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat, dan juga dapat memberi pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
”Om Santhi, Santhi, Santhi Om”


Payangan, April 2011



Penulis

DAFTAR ISI

Abstrak i
Abstract ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar tabel v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
1.5 Pembatasan Masalah 3
1.6 Definisi Operasional 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Koloid 6
2.2 Jenis-jenis Sistem Koloid 8
2.3 Penerapan Konsep Sistem Koloid dalam Dunia Industri 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 19
Daftar Pustaka 20
Lampiran 21
Ilmuwan Kimia di Bidang Koloid

DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi 6
2. Tabel 2: Jenis-jenis Sistem Koloid 8
3. Tabel 3: Prebandingan Koloid sol Liofil dan koloid sol liofob 10



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga, tidak mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa ini. Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi (I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue, maka akan dapat menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini, salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat ini ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak dapat diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang berupa mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam industri cat.
Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya sebatas zat padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis sistem koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk industri yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah konsep sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat inilah yang menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus, maka partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid, khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan dunia perindustrian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?
3. Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan tulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
3. Untuk menganalisis penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri, sehingga mampu untuk mengembangkannya.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan tulisan ini adalah:
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
2. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
3. Dapat menganalisis peenrapan konsep sistem koloid dalam dunia industri, sehingga mampu untuk mengembangkannya.

E. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pelebarana pembahasan, maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dibahas hanya mengenai jenis-jenis sistem koloid dalam dunia industri dan penerapannya.

F. Definisi Operasional
1. Gerak Brown : Gerakan partikel koloid terus menerus dengan gerak patah-patah (zig-zag), yang diakibatkan oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel koloid dengan medium pendispersinya (ditemukan oleh Robert Brown)
2. Efek Tyndall : Hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid, sehingga jalannya sinar yang melewati koloid dapat terlihat (ditemukan oleh John Tyndall)
3. Isolator : Bahan yang kurang baik untuk menghantarkan listrik.
4. Difusi : Perpindahan zat (gas, cair, padat) dengan atau tanpa melewati membran, dair daerah tinggi yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah, sehingga konsentrasi zat menjadi sama.
5. Tegangan permukaan : Kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis.
6. Glikoprotein : Senyawa yang mengandung molekul karbohidrat dan protein.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Koloid
Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti. Secara harfiah, koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam hal kemampuan difusinya. Nilai difusi koloid sama rendahnya dengan lem.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi:
NO Larutan Koloid suspensi
1 1 fase 2 fase 2 fase
2 Jernih Keruh Keruh
3 Homogen Antara homogen dan heterogen Heterogen
4 Ukuran diameter partikel <1nm Ukuran diameter partikel 1 nm < d < 100 nm Ukuran diameter partikel >100 nm
5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa Dapat disaring
6 Tidak memisah jika didiamkan Tidak memisah jika didiamkan Memisah jika didiamkan



Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk membuktikan apakah suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka diperlukan suatu alat bantu, yaitu mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua fase zat. Salah satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase continue disebut sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue disebut sebagai zat terdispersi.

B. Jenis-jenis Sistem Koloid
Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas ke dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak disebut koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan koloid).
Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
No Fase Terdispersi Medium Pendispersi Jenis (nama) Koloid Contoh
1 Padat Padat Sol padat Intan hitam, kaca warna
2 Cair Emulsi padat Keju, mentega
3 Gas Busa padat Batu apung, kerupuk
4 Padat Cair Sol, gel Pati dalam air, cat, jelly
5 Cair Emulsi Susu, mayonnaise, santan
6 Gas Busa Krim, pasta
7 Padat Gas Aerosol padat Debu, asap
8
Cair Aerosol cair Awan, kabut

1. Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol ada tiga jenis, yaitu:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.
Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol Liofil
ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin.
b. Sol Liofob
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid liofil
No Koloid liofil Koloid liofob
1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul mediumnya.
2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi kecil
3 Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut hidrofob
4 Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental
5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.
6 Lebih stabil Kurang stabil
7 Reversibel Irreversibel

2. Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair. Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku, dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut
Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan, dan hair spray.

3. Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid emulsi ada dua jenis, yaitu:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).
Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida (CO2) untuk membentuk buih padat.
2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.
3) Styrofoam, memiliki fase terdisperasi karbondioksida (CO2) dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
4) Busa jok
5) Kerupuk
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair atau biasa disebut buih saja adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat pendispersi cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau karbondioksida (CO2) yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan).
Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem koloid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan.
Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hampir seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
1) Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
2) Pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
3) Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
4) Rusaknya film antara dua gelembung gas.
5) Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
1) Buih hasil kocokan putih telur. Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk membentuk buih yang relatif stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
2) Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat (Al2(SO4)3), serta suatu zat pembuih. Karbondioksida (CO2) yang dilepas akan membentuk buih dengan bantuan zat pembuih tersebut.
3) Buih sabun
4) Buih soda
5) Pasta
6) Krim kocok.
C. Penerapan Konsep Sistem Koloid dalam Dunia Industri
Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.
Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi.
2. Industri tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air.
4. Cotrell Pabrik Industri
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
5. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
6. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
1. Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen.
2. Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
a. Koloid Sol (fase terdispersi padat):
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.
Berdasarkan sifat adsorbsinya, koloid sol dibedakan menjadi:
1) Sol Liofil, yaitu sol yang menarik dan mengadsorbsi molekul mediumnya pendispersinya, contohnya adalah agar-agar, detergen, dan gelatin.
2) Sol Liofob, yaitu sol yang menjauhi moolekul medium pendispersinya, contohnya adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3
b. Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega, mutiara, dan jelly.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.
c. Koloid buih (fase terdispersi gas):
1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti, Styrofoam, dan busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.
3. Sistem Koloid digunakan dalam industri
a. Industri kosmetika
b. Industri tekstil
c. Industri sabun dan deterjen
d. Cotrell Pabrik Industri
e. Penjernihan Air
f. Pemutihan Gula

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disarankan:
1. sdf
2. fg
3. rfg



DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta: Erlangga.
Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira.
Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid11.blogspot.com/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.
http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsi

LAMPIRAN
A. Lampiran 1
Ilmuwan Kimia di Bidang Koloid
1. Thomas Graham
Thomas Graham : Penemu Ilmu Kimia Koloid
Thomas Graham (1805-1869) adalah ahli kimia Skotlandia, penemu Hukum Graham penemu ilmu kimia koloid, penemu beberapa istilah kimia koloid antara lain koloid, difusi, osmosis, sol, jel, peptisasi, seneresis, kristaloid, dan sebagainya. Ia lahir di Glasgow, Skotlandia, pada tanggal 20 Desember 1805 dan meninggal di London pada tanggal 11 September 1869 pada umur 64 tahun. Ayahnya menginginkan dia menjadi pendeta, tapi ketika masih kuliah di Glasgow, Graham jatuh cinta pada ilmu fisika. Ayahnya sangat marah dan tidak mau lagi membiayai kuliah dan kebutuhan hidupnya. Graham malah senang karena bebas dari tekanan orang tua. Ia lalu mencari nafkah sebagai pengarang dan guru, sambil melanjutkan kuliahnya. Ia lulus pada tahun 1826 pada umur 21 tahun.
Empat tahun kemudian ia diangkat jadi guru besar pada institut tersebut. Pada tahun 1837 ia juga jadi guru besar di University College di London. Mula-mula Graham hanya tertarik pada difusi gas. Ia mengisi sebuah wadah dengan Hydrogen dan Oksigen. Bagian atas wadah itu diisi Hydrogen. Bagian bawah diisi Oksigen. Tak lama kemudian kedua gas itu bercampur. Padahal Oksigen lebih berat dari pada Hydrogen. Meskipun demikian Oksigen bergerak keatas melawan hukum gravitasi. Pada tahun 1831 ia menemukan hukum Graham yang bunyinya: “Laju difusi gas berbanding berbalik dengan akar kerapatan gas tersebut”. Proses difusi Hydrogen berlangsung 4 kali lebih cepat dari pada Oksigen karena molekul oksigen 16 kali lebih rapat dari pada molekul Hydrogen.
Lama-kelamaan kegemarannya mencampur gas berkembang jadi kegemaran mencampur zat seperti garam, gula, sulfat tembaga ke dalam larutan. Bahkan ia memasang membran (selaput tipis) untuk menghalangi proses difusi. Ia menemukan bahwa getah arab, lem, dan gelatin tidak dapat menembus membran, tapi gula dan garam dapat menembus membran. Zat yang sulit larut dan tidak dapat menembus membran ia sebut koloid. Kata koloid berasal dari kata Yunani kola yang artinya lem.
Mengapa kristaloid dapat menembus membran dan koloid tidak dapat menembus membran? Hal ini disebabkan ukuran zaz-zat itu. Molekul-molekul kristaloid lebuh kecil dari pada molekul-molekul koloid sering kali partikel-partikel itu bergumpal dan merupakan gabungan molekul. Penemuan Graham ini sangat penting bagi para ahli biokimia, karena protoplasma dan protein adalah koloid. Koloid adalah zat yang terdiri dari partikel-partikel lembut, yang dimensinya jauh lebih besar dari pada dimensi atom atau molekul biasa tapi jauh lebih kecil dari pada dimensi partikel-partikel yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Zat-zat ini disebut koloid: keju, adonan, cat, gelatin, asap, buih, plastik, tanah liat, protein, darah, protoplasma, karet, sutra, air susu, agar-agar. Pada dasarnya koloid terdiri dari zat yang melayang-layang didalam zat lain, seperti debu dalam udara, butir-butir darah merah dalam cairan darah, gas dalam air (buih), titik-titik air dalam udara (awan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar