-->

Take the time to know what real love is! Because time is the only one who capable of understanding how great Love is...

Minggu, 15 Mei 2011

PENGOBATAN TRADISIONAL VS. PENGOBATAN MODERN

Bali merupakan daerah yang kaya dengan berbagai tradisi yang berkembang secara turun-temurun. Tradisi ini berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, tradisi ini masih berkembang di tengah-tengah arus globalisasi yang saat ini mengalir deras. Dari tradisi dan budaya ini berkembanglah suatu kepercayaan yang tertanam kuat di pikiran penganutnya. Hal ini menjadi sugesti bahwa apa yang mereka percaya dan itu benar-benar akan terjadi.
Tradisi yang ada dalam meryarakat saat ini meliputi berbagai aspek kehidupan, seperti kepercayaan atau agama, kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Dari tradisi yang berkembang di masyarakat, berkembang pula teknologi pengobatan. Pengobatan ini sifatnya sangat berbeda dengan pengobatan medis. Pengobatan medis telah melalui berbagai penelitian dan pengujian yang sangat lama. Sedangkan, pengobatan tradisional yang dasarnya bersumber dari tradisi, tidak menjanjikan kesembuhan secara pasti (bersifat trial and error). Jika dipandang dari sudut medis, tradisi ini tidak selalu dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal ini sering menjadi kontroversi di antara para praktisi kesehatan, antara medis dan non medis.
Di daerah beberapa, tradisi penyembuhan penyakit dengan pengobatan non medis yang bersumber pada tradisi masih sangat banyak dijumpai. Walaupun, arus globalisasi terus mengalir dengan deras, kepercayaan masyarakat dengan pengobatan non medis masih sangat besar, meski konsekuensi yang ditimbulkan dari pengobatan non medis jauh lebih besar dari pada pengobatan secara medis.
Di Bali, salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakatnya, khususnya yang beragama Hindu adalah melukat. Kata melukat berasal dari kata “Sulukat”. Su berarti baik sedangkan Lukat berarti penyucian. Melukat berarti upacara penyucian untuk memperoleh kebaikan. Makna yang lebih dalam yang terkandung dalam kata melukat adalah penyucian pikiran dan jiwa secara jasmani dan rohani. Penglukatan ini mengandung makna membersihkan diri dan pikiran dari segala keburukan. Dalam hal ini, bersih bukan hanya bersih secara ragawi, tetapi juga secara rohani. Pengertian penyucian rohani adalah proses untuk menghilangkan pengaruh kotor/klesa dalam diri manusia. Sifat-sifat buruk dalam diri manusia dalam hal ini dipandang sebagai suatu kotoran. Pelaksanaan upacara melukat ini biasanya dilakukan masyarakat pada hari-hari tertentu, misalnya Purnama dan Banyu Pinaruh.
Berkaitan dengan penyakit, masyarakat juga kerap melakukan upacara pengelukatan dengan tujuan untuk memperoleh kesembuhan. Penyakit yang biasanya dipercaya dapat sembuh dengan pengobatan alternatif melukat adalah umumnya penyakit yang berhubungan dengan kulit. Pengobatan ini dipilih secara umum disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan yang kedua adalah keputusasaan. Secara ekonomi, pengobatan alternatif jauh lebih murah dari pada pengobatan medis. Faktor kedua, yaitu karena keputusasaan masyarakat terhadap pengobatan medis yang terkadang penyembuhannya lambat untuk beberapa kasus penyakit. Mencoba peruntungan dengan melakukan pengobatan alternatif menjadi plilihan masyarakat. Dari fakta yang terjadi di lapangan, pengobatan alternatif seperti melukat ini tidak hanya menjadi pilihan masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bawah, pengobatan seperti ini juga sering ditempuh oleh masyarakat yang berada di tingkat ekonomi menengah ke atas.
Proses penyembuhan penyakit dengan tradisi melukat ini biasanya dilakukan di tempat-tempat sumber air, seperti danau, pantai, sungai, dan di tempat-tempat tertentu seperti Griya (tempat tinggal orang suci). Dengan melakukan upacara ini, umat Hindu mengharapkan dan meyakini bahwa segala hal kotor yang ada dalam dirinya agar kembali bersih.
Berkaitan dengan penyembuhan penyakit, upacara melukat ini merupakan pembersihan diri secara ragawi atau jasmani. Penderita penyakit mula-mula melakukan persembahyangam di pelinggih yang disediakan disana kemudian mandi di sungai. Dalam pelaksanaan upacara melukat ini sangat kental dengan nuansa agama Hindu. Hal ini dikarenakan sebelum mandi atau membasuh diri dengan air pengelukatan atau tirta (air suci) juga dilaksanakan suatu upacara untuk memohon restu kepada sang “empunya” air suci atau tirta dengan harapan akan “memberikan kesembuhan” kepada sang sakit. Upacara ini biasanya juga disertai beberapa jenis upakara upacara keagaamaan Hindu, misalnya Prascita dan Bayuan. Oleh karena itu, upacara melukat bagi umat Hindu sudah sangat sering dilakukan, terutama yang berkaitan dengan penyembuhan penyakit.
Pada saat mandi inilah terjadi proses penyembuhan, semua penyakit yang diderita akan dilebur oleh air suci yang dipakai untuk mandi. Air yang digunakan untuk mendi diyakini suci karena tempat yang dipilih untuk melakukan penglukatan mempunyai sejarah histories tertentu sehingga keyakinan akan kesucian air ini muncul dari cerita ini. Cerita ini berkembang turun-temurun di masyarakat sehingga tradisi melukat ini juga berkembang sampai saat ini. Upacara penglukatan ini dilakukan tidak hanya sekali, melainkan berulang kali hingga kesembuhan diperoleh. Meski harus berulang kali melakukan ritual semacam ini, pengobatan seperti ini masih dipercaya oleh masyarakat.
Jika dipandang dari sudut pandang medis, proses ini tentu saja sangat sulit untuk dipahami oleh nalar. Karena, tidak ada kandungan air yang mampu untuk mengatasi penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar